BENGKALIS - Sekolah Tinggi Agama Islan Negeri (STAIN) Bengkalis melaksanakan seminar dan pelatihan terkait kebakaran lahan dan kabut asap. Kegiatan tersebut dihadiri puluhan mahasiswa dan masyarakat Kabupaten Bengkalis, Riau.
Kegiatan seminar tersebut diselenggarakan sering terjadinya kebakaran lahan dan hutan di wilayah Kabupaten Bengkalis yang terdiri dari daerah kepulauan dan daratan diantaranya memiliki struktur tanah gambut.
Seminar Sosialisasi dan pemanfaatan aplikasi monitoring cuaca, kebakaran lahan dan kabut asap (Simocakap), tersehut langsung dibuka oleh Ditektur STAIN Bengkalis, Dr H Abu Anwar M.Ag, Kamis 25 Juli 2024 di Gedung Lantai III Kampus STAIN.
Ditektur STAIN Bengkalis, Dr H Abu Anwar dalam sambutanya mengatakan seminar ini merupakan bagian dari implementasi kolaborasi akademik, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Center for soulheast Asian Studies Kyoto University, Universitas Negeri Riau (UNRI), Politeknik Negeri Bengkalis, Polres Bengkalis. Dandim 0303/Bengkalis dan partisipasi seluruh elemen masyarakat Kabupaten Bengkalis.
"Sebagai lembaga, STAN mengucapkan terimakasih atas kerjasama semua pihak. Mudah mudahan terkait kebakaran lahan di Bengkalis yang setiap tahunnya memang terjadi penurunan, kedepan kita harapkan tidak ada lagi," kata Dr H Abu Anwar.
Seperti diketahui, terang Dr H Abu Anwar. Kebakaran lahan telah menjadi atensi pemerintah pusat. Bahkan, Presiden RI Jokowi sebelumnya tiba ke Kabupaten Bengkalis, diantara satu agendanya adalah peninjauan lahan gambut di Desa Muntai, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis.
"Kabupaten Bengkalis , Provinsi Riau ini mencakup daratan dan kepulauan memilik wilayah gambut yang mudah terbakar saat musim panas, bahkan saat musim hujan, longsor tak dapat dihindarkan. Seperti longsor besar yang terus terjadi di Desa Simpang Ayam yang mengakibatkan tanam warga setempat pun ikut terkikis," kata Dr H Abu Anwar.
Sementara menjadi pembicara dalam seminar tersebut Direktur pusat riset iklim dan admosofir, DR Albertus Sulaiman, Menvuronnental Ceixiesten Profesor (CEAS) Universitas Kyoto, Dr Osama Kozan dan Enviromental Ceosiaten, Kyoto University, Dr Mariko Ozama.