Selatpanjang 'Tenggelam' Lagi

Sabtu, 08 April 2017 13:18
BAGIKAN:
SELATPANJANG - Hujan kembali mengguyur Selatpanjang, Ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti, Sabtu (8/4/2017) dinihari. Intensitas hujan kali ini cukup lebat, bahkan membuat beberapa ruas jalan di Kota Selatpanjang digenangi air.

Dirangkum MerantiOne.com, hujan lebat disertai petir itu mulai berlangsung sejak pukul 01.00 WIB hingga pagi hari. Sejumlah ruas jalan di Kota Selatpanjang, seperti Jalan Imam Bonjol, Jalan Kartini, Jalan T Umar, Jalan Siak, Jalan Diponegoro, dan Jalan Banglas, terlihat tak ubah seperti lautan, dimana perkiraan air mencapai 15 cm atau setengah lutut remaja.

Pengendara juga terlihat sangat berhati-hati ketika melintasi jalan yang digenangi air tersebut. Sebab, jika badan Jalan basah, otomatis jalan agak licin dan dikhawatirkan akan menyebabkan kendaraan macet.

Selain itu, terlihat juga beberapa warga yang rumahnya sempat digenangi air langsung membersihkannya, dan beberapa penjaga toko yang agak rendah juga turut membuangkan air tersebut yang masuk ke toko.

Menyikapi kondisi itu, Camat Tebing Tinggi, Rizki Hidayat, bersama Pj Kepala Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Meranti, Edi Afrizal, didampingi staf, melakukan penelusuran di sepanjang yang tergenang air tersebut, Sabtu siang. Hal itu dilakukan guna untuk mencari tahu penyebab banjir yang melanda wilayah Kota Selatpanjang, sehingga bisa dicari solusi terdahap banjir yang terjadi selama ini.

Dari hasil penelusuran, kata Rizki, arus air di turap sepanjang Sungai Juling, terlihat deras, berjalan normal tanpa henti. Namun, sebut dia, di sepanjang Jalan Imam Bonjol pula pondasi tanahnya rendah, selain itu juga ada selokan yang tersumbat diakibatkan sisa-sisa papan lama.

"Untuk solusi sementara, sebaiknya menggunakan mesin penyedot air. Air yang berada di drainase terseumbat disedot lalu dibuang ke drainase besar di sebelah parit yang tidak tersumbat. Untuk jangka panjang, sebaiknya dilakukan pembongkaran di titik-titik yang tersumbat," ujarnya.(nur)
BAGIKAN:
KOMENTAR