RSUD Bengkalis Rilis Bantah Terlantarkan Pasien

Kamis, 01 Februari 2018 17:40
BAGIKAN:
BENGKALIS - Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bengkalis membantah soal penelantaran pasien yang akan melahirkan. Kejadian tersebut, Minggu (28/1/18) kemaren.
 
Demikian keterangan pihak RSUD saat konfrensi pers, Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Bengkalis Rita Puspita ketika didampingi sejumlah Dokter spesialis atau penanggungjawab sekaligus Ketua Komite Medik Dr Riskhan, Kabid Pelayanan Imam Subchi serta sejumlah Perawat di RSUD Bengkalis, Rabu (31/1/18) petang kemaren.
 
Wadir RSUD, Rita Puspitamengutarakan terkait dengan pemberitaan yang sudah diterbitkan soal adanya pasien keluhkan terhadap layanan RSUD Bengkalis. Kata Puspita lagi, pada prinsipnya, RSUD Bengkalis mendukung koreksi dan hal tersebut sangat bagus.
 
Rita membeberkan, secara gamblang, menurut versi RSUD, terkait pelayanan kepada pasien yang akan melahirkan di RSUD tersebut, pasien itu merupakan rujukan dari bidan Yuliana. Dan pasien tersebut juga telah dirawat di bidan. 
 
"Padahal menurut bidan belum, karena belum bisa melahirkan cepat, artinya kalau mau jalan-jalan masih bisa. Karena kekhawatiran keluarga, pasien ini menginap di rumah bidan selama 2 hari," kata Wadir RSUD Rita Puspita menyampaikan.
 
Dikarenakan tidak ada kemajuan, lanjut Puspita, saat itu bidan Yuliana menyuruh pasien pulan. Dan pasien ketika itu masih buka satu. Dan ternyata pada Minggu 28 Januari 2018 pada pukul 23.30 Wib, pasien datang ke Ponek IGD RSUD yang dirujuk Bidan sesuai dengan patograf dan harus dirujuk ke Bidan.
 
Sesampai di Ponek, pasien ditangani oleh bidan dan dokter umum. Kemudian berkonsultasi dengan dokter spesialis atau penanggungjawab yaitu dr. Riskhan.
 
"Karena pembukaannya tidak maju, antara pembukaan 4 dan 5 (ilmu kebidanan) oleh dr. Riskhan, agar pasien diberikan perangsang agar mempercepat kemajuan kelahiran. Namun ketika itu pasien menolak untuk diberikan perangsang dan menandatangani pernyataan sebagai bukti di RSUD Bengkalis," ungkapnya lagi.
 
"Nah setelah itu, sesuai standar operasional prosedur (SOP) pelayanan dokter spesialis, kalau pasien menolak untuk dirangsang akan ditunggu untuk di observasi sampai pagi, untuk melihat kemajuan persalinannya,"ujarnya lagi.
 
Ketika itu, setelah pasien masuk sekitar pukul 00.30 wib, disambut oleh bidan Ita dan Komar, setelah itu melakukan pemeriksaan ulang seperti tensi dan infus tetap terpasang. Lalu perawat beristirahat dengan catatan menyampaikan kepada keluarga pasien.
 
"Apabila terjadi sesuatu bisa memanggil perawat yang jaga. Pada pukul 02.00 dinihari, keluarga memanggil perawat dengan mangatakan bahwa pasien sakit dan meminta untuk diperiksa. Dan bidang mengatakan, memeriksa bagian dalam tidak dibenarkan dilakukan sering-sering, harus ada tenggang waktu. Dan bidan menyarankan pasien untuk miring kekiri agar mempercepat proses persalinan," kata Wadir RSUD lagi.
 
Kemudian sekitar jam 03.00 WIB keluarga pasien kembali memanggil, Bidan Komar dan memeriksa pasien bukaannya lima, karena melihat pasien agak lemas, bidan meminta ke pasien agar lebih semangat, dan disarankan makan minum untuk lebih semangat.
 
"Tiba-tiba sekitar pukul 03.10 WIB pasien mengalami kejang, kemudian perawat memanggil dokter IGD Rendi untuk memeriksa kondisi pasien dan waktu itu kondisi keluarga pasien sangat panik, situasi ramai security kemudian dokter Rendi juga sempat dihalang-halangi jalannya. Kemudian, petugas menghubungi dr. Riskhan dan sekitar pukul 03.30 WIB tiba di RSUD Bengkalis dan akhirnya diputuskanlah pasien yang akan bersalin ini dioperasi," ceritanya lagi.
 
"Dan yang paling pelik adalah permintaan keluarga seolah-olah rumah sakit harus menjamin pasien selamat. Kami ni bukan tuhan, secanggih apapun alat, kalau Allah SWT berkehendak lain, tetapi kami akan berbuat sesuatu sesuai dengan SOP, itu yang paling penting kami sampaikan," ungkapnya.
 
"Dimana unsur ditelantarkan itu yang menjadi pemikiran kami, karena definisi telantar itu kalau pasien tidak diapa apakan, atau infus tidak dipasang. Kami bertugas sesuai dengan SOP," katannya lagi.
 
 
Sementara itu dokter spesialis penanggungjawab sekaligus Ketua Komite Medik dr. Riskhan menambahkan, seperti pada kasus pasien yang akan melahirkan tersebut dengan riwayat persalinan yang macet, artinya sudah dibantu diklinik luar dan dirujuk ke rumah sakit.
 
Pihaknya mempunyai SOP dalam menangani pasien. Tenaga medis memiliki keahlian, karena dibekali dengan sejumlah kursus dengan cara penanganan yang sudah memadai kecuali operasi.
 
"Pasien ini dengan status persalinan tidak maju dengan bukaan sekitar 4-5 cm ditunggu sampai 10 cm atau sudah lengkap. Bukaan itu perlu waktu, range satu bukaan ke bukaan berikutnya antara satu jam atau dua jam. Diantara waktu itu pasti sakit, ibu hamil pasti akan merasakan karena rahim mendorong ke bawah dengan melebarkan pintu dan melemaskan otot,"kata dr. Riskhan.
 
"Jadi ini perlu dipahami keluarga pasien, jadi kami bukan menelantarkan pasien yang kesakitan. Tentu tidak, kesakitan itu memang sudah alamiah ibu yang akan melahirkan. Jadi dipemberitaan ditulis, dokter spesialis tidak kunjung datang pada saat pasien ini tiba di rumah sakit, kita ada SOP sendiri. Kita spesialis diperintah dirujuk jika ada masalah, sedangkan penangan awal bisa dilakukan oleh bidan-bidan yang ada di rumah sakit. Bidan mahir sekali kecuali operasi," paparnya.
 
"Jadi pasien ini datang dengan bukaan 4-5 cm, status persalinan baik saat itu, tetapi karena ini 'macet' akan dipercepat dengan cara induksi atau meransang kontraksi rahim lebih baik lagi menuju pembukaan selanjutnya. Tetapi ada penolakan dari keluarga, dan akan dilakukan evaluasi besok paginya. Pasien datang pukul 11.30 WIB, diharapkan pukul 07.00 WIB pagi bukaannya sudah lengkap karena rentangnya sudah 6 jam,"ungkap Riskhan lagi.
 
Dia melanjutkan, kalau pagi tidak ada kemajuan, baru ada tindakan operasi. Namun pada pukul 03.00 WIB pasien dilaporkan mengalami kejang-kejang, dan itu membuat benar-benar saya kaget.
 
"Kenapa pasien dengan kondisi yang baik masuknya, kok tiba-tiba tegang. Asumsi saya apakah pasien ini ada riwayat epilepsi? Yang terjadi pada saat persalinan pada saat dicek tensi cukup tinggi 178 dan saya anggap situasi tersebut wajar maksudnya omset yang tidak diketahui sama sekali muncul pada saat itu juga,"ujarnya lagi.
 
Sambungnya, bisa memacu kejang sekitar 1 banding 100 pasien dan kejang itu tidak dapat sama sekali diprediksi. Kami saja untuk di kebidanan untuk mengantisipasinya setiap tahun dibahas untuk mencari cara, bagaimana memberikan terapi terbaik untuk pasien tersebut.
 
"Tetapi pasien ini kita tidak tahu sama sekali, apalagi pasien tidak membawa aba-aba atau dengan kondisi tensi yang masih stabil dan ini timbul pada saat perawatan kita. Pada saat itu saya datang dan keluarga pasien panik dan ini sama sekali tidak kita kehendaki, kami dokter pun tidak kehendaki pasien kejang, dan apabila mengalami hal ini penanganannya luar biasa. Pasien seperti ini pasti tidak di ruang biasa tetapi di ruang ICU, karena berat penanganannya," jelasnya lagi.[And]
BAGIKAN:

BACA JUGA

  • Dalam Sepekan Targetkan 10.860 Dosis Penerima

    BENGKALIS - Selama sepekan ini, Dinas Kesehatan (Diskes) secara serentak melaksanaan vaksinasi baik di titik yang ditentukan maupun di fasilitas pelayanan ke

  • 49 Pasien Covid di Kabupaten Bengkalis Dinyatakan Sembuh

    BENGKALIS - Hari ini terkonfirmasi 15 kasus positif Covid-19 di Kabupaten Bengkalis, Minggu 20 Juni 2021, 1 orang meninggal dunia dan 49 lainnya dinyatakan s

  • Satgas Covid-19 Bengkalis Jaring 30.847 Warga Pelanggar Prokes

    BENGKALIS - Tim Satuan Tugas (Satgas) Penegakan Disiplin Protokol Kesehatan (Prokes) Covid-19 Kabupaten Bengkalis memberikan teguran kepada 30.847 warga Kabu

  • Reses Wakil DPRD Bengkalis, Syahrial Fokus Kesehatan dan Lapangan Kerja

    BENGKALIS- Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bengkalis, Syahrial berkunjung ke delapan titik daerah pemilihnya dalam rangka menjemput aspirasi masyarakat di Pulau R

  • KOMENTAR