• Home
  • Pemerintah Daerah
  • Kesadaran Masyarakat Masih Minim, Sampah yang Dibuang ke Laut Selatpanjang Ganggu Aktivitas Nelayan

Kesadaran Masyarakat Masih Minim, Sampah yang Dibuang ke Laut Selatpanjang Ganggu Aktivitas Nelayan

Jumat, 04 Juli 2014 11:29
BAGIKAN:
sampah dilaut (ilustrasi)
SELATPANJANG, MOC - Keberadaan sampah di perairan Selat Air Hitam ataupun Kepulauan Meranti secara umum menganggu para nelayan pengerih dan gumbang. Sampah-sampah organik dan non organik menjadi masalah sendiri karena kerap memenuhi alat-alat tangkap para nelayan.

Seperti yang diungkapkan Ibrahim, salah seorang nelayan pengerih dan gumbang di Selat Air Hitam, ditemui Kamis, (3/7/2014).

"Sampah lumayan banyak, kalau air besar bisa-bisa penuh pengerih kita dengan sampah. Ikan tidak dapat, malah sampah yang penuh," kata Ibrahim.

Beragam sampah tersebut, kata Ibrahim, mulai dari sampah plastik, karung goni, kayu, dan berbagai sampah lainnya yang berasal dari Kota Selatpanjang yang dibuang masyarakat langsung ke dalam laut.

"Kalau musim tak banyak ikan seperti sekarang, kami (nelayan) lebih memilih tidak memasang pengerih. Karena hanya dipenuhi sampah, ikannya tidak ada," keluh Ibrahim.

Salah seorang mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Riau, Alpin, menjelaskan kondisi tersebut menjadi isu menarik untuk dijadikan bahan penelitian.

"Keberadaan sampah di perairan Selat Air Hitam Kepulauan Meranti ini telah menjadi masalah bagi masyarakat nelayan. Banyaknya sampah tentunya akan menurunkan kualitas perairan, dan pasti akan mempengaruhi hasil tangkapan nelayan," ungkap mahasiswa semester akhir yang melakukan penelitian tentang sampah di perairan Selat Air Hitam.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Ahmad Yani, ditemui di kantornya menyebutkan sebagian besar nelayan di Meranti merupakan nelayan pengerih dan gumbang serta beberapa nelayan budidaya. Ia juga mengakui banyaknya sampah di perairan menjadi kendala bagi nelayan dan menyebabkan rusaknya perairan.

"Memang untuk membersihkan perairan kita memiliki program gerakan bersih pantai, yang mana mengajak masyarakat di sekitar perairan bergotongroyong. Cuma ini tidak lagi bisa kita lakukan, karena programnya dicoret," ungkap Ahmad Yani.

Kotornya perairan, kata Ahmad, disebabkan pola hidup masyarakat yang membiasakan diri membuang berbagai jenis sampah ke laut. "Oleh karena itu kesadaran masyarakat dan imbauan pemerintah melalui instansi terkait sangat diperlukan," ujarnya.(GRC/RED)
BAGIKAN:
KOMENTAR