- Home
- Nasional
- Benarkah KMP Tak Sependapat dengan Pernyataan Kontroversial Hashim?
Benarkah KMP Tak Sependapat dengan Pernyataan Kontroversial Hashim?
Jumat, 10 Oktober 2014 08:42
Net
Jakarta, PESISIRONE.COM - Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra
Hashim Djojohadikusumo tiba-tiba mengucapkan hal mencengangkan terkait
situasi politik di negeri ini. Dengan posisi Koalisi Merah Putih (KMP)
yang kini menguasai parlemen, Hashim mengatakan akan menghambat Presiden
Terpilih Joko Widodo di pemerintahan mendatang.
Dengan
tegas ketika diwawancara Reuters di kantornya pada Selasa kemarin,
Hashim mengatakan akan menghambat Jokowi. "Kami akan menggunakan
kekuatan kami untuk menginvestigasi dan menghambat," demikian Hashim
Djojohadikusumo kepada Reuters di kantornya pada Selasa kemarin, seperti
dilansir Rabu (8/9) kemarin.
Namun,
pernyataan adik dari pendiri Partai Gerindra Prabowo Subianto itu
langsung dibantah oleh sejumlah politisi KMP. Mereka menganggap bahwa
hal yang diungkapkan Hashim itu bukan merupakan representasi dari
koalisi yang kini mendominasi parlemen tersebut.
"Saya rasa itu
pribadi Pak Hashim ya, jadi bukan mewakili KMP (Koalisi Merah Putih).
Setiap orang kan berhak berpendapat," kata Waketum Gerindra Fadli Zon di
Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (8/10/2014).
Senada
dengan Fadli, Ketua Harian Partai Demokrat (PD) Syarief Hasan pun
menegaskan bahwa partainya tetap mendukung pemerintahan. Syarief
menyebut bahwa komitmen mereka adalah mendukung pemerintahan yang
pro-rakyat.
"Ya nggak ada itu (upaya hambat pemerintahan). Kita
komitmen mendukung pemerintahan sepanjang program dan orientasinya untuk
kepentingan rakyat. Itu fungsi dewan di situ," kata Syarief Hasan di
gedung DPR, Jakarta, Rabu (9/10) lalu.
Hanya saja,
pernyataan para petinggi KMP itu justru seolah-olah berbanding terbalik
apabila dilihat bagaimana ngototnya KMP untuk menguasai parlemen. Lihat
saja ketika paripurna pemilihan pimpinan DPR yang mengusung Setya
Novanto dari Partai Golkar sebagai Ketua DPR akhirnya berhasil menang.
Paripurna yang dipimpin oleh politisi senior Golkar Popong Utje
Djundjungan atau yang karib disapa Ceu Popong sempat diprotes oleh
beberapa anggota dewan dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Namun hujan
interupsi itu tak digubris oleh Ceu Popong yang begitu tenang memimpin
sidang meski sempat heboh ketika palunya hilang.
Situasi panas kembali tercipta ketika pemilihan pimpinan MPR. Padahal
KIH sempat menawarkan paket pimpinan yang dinilai memiliki komposisi
seimbang bagi kedua kubu yaitu dengan menempatkan perwakilan dari DPD
yaitu Oesman Sapta sebagai ketua. Sementara 2 wakil dari KIH dan 2 wakil
dari KMP akan mendampingi. Namun KMP tetap ngotot untuk mengajukan
paket pimpinan sendiri.
Namun, perpecahan di
pihak KMP juga sempat membuat konstelasi politik semakin menarik ketika
PPP berubah haluan dan bergabung dengan paket pimpinan yang ditawarkan
KIH. PPP merasa dikhianati oleh KMP dan tanpa malu-malu menginginkan
posisi tinggi di parlemen yaitu dalam paket pimpinan MPR.
Mendapat
tambahan dukungan, KIH memiliki kepercayaan diri tinggi untuk
memenangkan pertarungan di MPR. Namun sayang, KMP yang tak ingin
mengendurkan dominasinya kembali merebut pimpinan MPR dengan posisi
ketua yaitu Zulkifli Hasan dari PAN dan KMP pun menguasai parlemen.
Tuntas sudah!
Namun KMP tetap menegaskan bahwa dominasi di
parlemen bukanlah langkah mereka untuk menjegal pemerintahan Jokowi-JK.
Malahan hal itu dianggap normal bagi KMP karena sebagai penyeimbang.
"Dan
jangan ada yang dikhawatirkan, sebab pemerintah menjalankan
pemerintahannya sendiri, dewan dan lembaga legislatifnya menguasai itu
normal, saya sering mengatakan menjatuhkan presiden itu susah sekali,
bahkan mekanismenya berbelit-belit," ujar Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah
di DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (8/10) lalu.
Dan tak berapa
lama, adik Prabowo mengeluarkan pernyataan mengejutkan. Kata-kata
Hashim seolah menjawab dugaan berbagai pihak bahwa KMP memang ingin
menjegal pemerintahan Jokowi-JK dengan menguasai parlemen. Apalagi
pernyataan Hashim, dan serangkaian manuver Koalisi Merah Putih,
mengingatkan pada tekad Prabowo Subianto untuk tak menyerah meski telah
kalah di Pilpres 2014.
"I will never surrender, I will never
surrender, I will never surrender!" begitulah pernyataan Prabowo di
rapat Timses Prabowo-Hatta pada Juli 2014 lalu. (DETIK/POG)
KOMENTAR